SARULLA, Sumutpost.id – Koordinator Wilayah (Korwil) Pusat Monitoring Politik dan Hukum Indonesia (PMPHI) Sumatera Utara (Sumut), Drs Gandi Parapat memantau penyebab banjir bandang yang menghancurkan pemukiman masyarakat Desa Sarulla, Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, akhir tahun 2024 lalu.
Hasil investigasinya secara langsung di lokasi terdampak banjir bandang, Sabtu hingga Minggu kemarin, bencana alam tersebut diduga kuat karena penebangan pohon yang sembarangan.
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya potongan pohon terdampar di aliran banjir bandang yang ditemukan di lokasi.
“Kayu-kayu ini bekas tebangan, buktinya tidak ada akar,” kata Gandi Parapat putra kelahira Pahae Taput tersebut, ketika meninjau lokasi terdampak banjir bandang bersama warga dan anak rantau, Sabtu hingga Minggu (12/1/2025) kemarin.
Ia juga menyebut bahwa muasal perkara banjir bandang ini diduga berasal dari ulah PT. Sarulla Nauli Lestari (SNL) yang pernah ditutup di masa Presiden Megawati Soekarno Putri.
Dampak buruk aktivitas perambahan hutan oleh PT. SNL baru berimbas sekarang akibat adanya lubang raksasa yang dahulunya digunakan PT. SNL untuk pengawetan kayu-kayu hasil tebangan.
Gandi Parapat dan masyarakat sekitar meyakini bahwa lubang-lubang yang dibuat PT. SNL itu telah usang dan merusak ketahanan tanah hingga akhirnya tidak mampu menahan lebih banyak debit air dari curah hujan dan mengakibatkan longsor.
Melalui pemberitaan ini, Gandi Parapat berharap kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara (Pemkab Taput) agar turun tangan melakukan pengecekan secara langsung titik lubang pengawetan kayu tersebut dan melakukan tindakan nyata agar banjir bandang serupa tidak terulang lagi di Pahae. (msp)