SEI LEPAN, Sumutpost.id – Sejumlah petani di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, menjerit kepada pemerintah. Pupuk bersubsidi jenis Urea yang seharusnya meringankan beban mereka, tidak bisa didapatkan.
Para petani mengadu kepada Pemkab Langkat melalui Sumutpost.id. Katanya setiap musim tanam tiba, pupuk
mengeluhkan sulitnya mendapat pupuk subsidi jenis urea di pengecer. Mereka menyebut kondisi ini selalu terjadi setiap tahun ketika musim tanam tiba.
“Saya katakan langka karena beberapa banyak menjerit kalau ke pengecer beli pupuk,” kata salah seorang petani asal Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan, kepada Sumupost.id, Senin (1/7/2024).
Menurut petani yang layak dipercaya, petani selama ini dibuat kelimpungan dengan pupuk subsidi, terutama ketika memasuki musim tanam. Kalaupun ada, harganya cukup tinggi sehingga berpotensi membuat petani gagal panen.
“Itu sudah pasti gagal panen, karena pupuk itu komponen aktif,” jelasnya.
Menurut petani yang ditemui Sumupost.id mengatakan setiap petani membutuhkan pupuk yang berbeda-beda, tergantung dari luas lahan. Dia sendiri mengaku membutuhkan 15 sak pupuk untuk luas lahannya yang mencapai 1,5 hektare.
“Kalau saya pupuk saya pakai 15 sak dengan luas lahan 1,5 hektare. Petani biasanya 2 kali pemakaian tanam pertama,” ungkapnya.
Selain itu, diperoleh juga banyak aturan pemerintah yang menyulitkan petani dalam mendapatkan pupuk subsidi. Misalnya harus terdaftar di kelompok tani agar bisa memperoleh pupuk dari pengecer kios.
“Sepertinya langka, mungkin karena aturan sehingga masyarakat cuma dapat tidak sesuai dengan keinginan,” katanya.
Kepling Dapat Pupuk Padahal Tidak ada Lahan Pertanian
Penderitaan masyatakat di Desa Harapan Jaya makin terasa, karena kepala lingkungan mereka yang seorang PNS bernama Supriadi (58) dengan gampang mendapat pupuk bersubsidi padahal tidak memiliki lahan pertanian.
KeplingSupriadi mendapatkan pupuk subsidi dari kios di sekitar tempat tinggalnya.
Mendapat informasi tersebut, Sumutpost.id pun menjumpai Kepling Supriadi.
“Saya akui mendapat pupuk bersubsidi dari kios sebanyak 9 karung. Itupun yang dapat atas nama kelompok istri dan saya,” kilah Supriadi kepada Sumutpost.id di Pangkalan Brandan.
Kepling Supriadi bahkan menjeladkan bahwa salah satu warganya bernama Md, Hasibuan (57) tidak mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai RDKK.
“Emang betul dirinya (Md Hasibuan) tidak mendapatkan pupuk bersubsidi di kios tempat tinggalnya. Satu karung pun sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, sementara nama saya dari tahun ketahun terdaftar di RDKK dari kios Desa Paya Gelugur (Masrijal),” terang Supriadi.
Md Hasibuan yang dijumpai Sumutpost.id mengakui pupuk subsidi kini sulit diperoleh di kios tempat tinggalnya.
Dia menyebut kelangkaan terjadi lantaran kuota untuk Kabupaten Langkat khususnya Desa Harapan Jaya dan Desa Paya Gelugur disinyalir dikondisikan PPL, Kios dan ketua kelompok tani.
“Kita pernah di foto tetapi untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Meskipun nama saya sudah terdaftar di RDKK, namun untuk mendapatkan pupuk untuk kebutuhan areal persawahan, saya tidak pernah diperoleh,” ujarnya ketika mendatangi kios pupuk di Desa Paya Gelugur, Kecamatan Sei Lepan.
Md bercerita, bahwa dia hanya memiliki 22 rante lahan persawanan. Dia mengaku tidak terlalu banyak membutuhkan pupuk tapi tetap tidak dapat.
“Aku hanya empat karung untuk 22 rante sawahku, begitupun tidak juga kunjung dapat, sementara yang tidak memiliki areal persawahan mendapatkan pupuk bersubsidi bisa lebih dari 10 karung,” cetusnya. (msp)