KUTACANE, Sumutpost.id – Togel (toto gelap), jenis judi tebak angka, marak atau bebas beroperasi di Kecamatan Lawe Sigala-gala dan secara umum di Kabupaten Aceh Tenggara. Buku tafsir mimpi, gampang ditemukan di hampir tiap kedai kopi, pakter tuak ataupun tempat lainnya seperti kolam pancing.
Kondisi ini sangat miris, apalagi di momen bulan suci ramadhan, para pelakunya seperti bandar dan tukang rekap tidak menghargai umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Mungkin bagi pelaku, bulan ramadhan tidak berbeda dari bulan lainnya.
Pertanyaan terbalik ditujukan kepada para aparat penegak hukum di wilayah Polres Aceh Tenggara. Bila praktek salah satu penyakit masyarakat ini langgeng beroperasi, selaras dengan itu para oknum penegak hukum dipastikan melakukan pembiaran.
Diduga, pembiaran itu tidak berjalan sendirinya tanpa embel-embel dari pelaku judi kepada oknum aparat.
Hasil investigasi wartawan media ini di beberapa desa di Kecamatan Lawe Sigala-gala, praktek judi togel berjalan tanpa hambatan. Masyarakat yang mengharapkan peruntungan dari tebakan 2 angka, 3 angka dan 4 angka, dengan santai memasang nomor tebakannya kepada para penulis yang biasa disebut juru tulis (jurtul).
Fakta lapangan, saat ini mayoritas pemasang tidak lagi memegang kertas bukti pasangan, tapi sudah lebih canggih; mengirim nomor via sms atau perpesanan WhatsApp.
Biasanya, jurtul sudah berada di kedai kopi, pakter tuak ataupun kolam pancing. Disana juga sudah disediakan (jurtul) buku sakti bernama tafsir mimpi. Masyarakat biasanya datang ke lokasi, memesan minum lalu mencari definisi (angka) dari buku tafsir. Selanjutnya, setelah dirasa klop dan digabungkan angka main (yang biasanya dikasih tau jurtul)—, tebakan pun dibuat.
Level jurtul pun biasanya mencatat nomor tebakan pemasang di HP lalu diteruskan ke level diatasnya. Begitulah praktek perjudian tebak angka tiap hari berjalan di banyak lapak.
Kondisi ini miris bagi banyak pihak. Bahkan perjudian yang yang biasanya 3 putaran dalam sehari itu dapat berdampak banyak hal khususnya di rumah tangga para pemain.
Yang paling merasakan dampak akibat judi togel yang tidak pernah ditertibkan secara serius oleh pihak Kepolisian khususnya Polsek Lawe Sigala-gala, adalah kelompok ibu rumah tangga. Tidak hanya menghabiskan uang, tapi pertengkaran istri dan suami pasti meningkat. Pertengkaran atau KRDT pun dimungkinkan terjadi.
Melihat sikap abai dari pihak aparat penegak hukum setempat, memunculkan dugaan negatif bagi oknum aparat menegak hukum yang berwenang membasmi judi togel.
Salah satu tokoh pemuda di Kecamatan Lawe Sigala gala yang meminta identitasnya fiinisialkan (berinisial ES), kepada media ini mengatakan bahwa para bandar kuat diduga memberikan setoran atau upeti berkala kepada oknum aparat di Aceh Tenggara. Katanya, nominal upeti berkala itu tidak sedikit.
“Setahu ya bang, setoran sudah berjalan selama ini. Mulai dari satuan kecamatan, hingga satuan kabupaten. Kata mereka setoran itu sampai Polres. Memang logikanya setoran itu pasti sampai ke Polres, karena mereka beroperasi sangat aman dan lancar,” ujar tokoh pemuda yang belasan tahun pernah berkarya di ibu kota Sumatera Utara, kepada Sumutpost.id, Jumat 14 Maret 2025.
Menanggapi dugaan bahwa ada oknum atau pihak aparat keamanan disebut menerima upeti berkala, pada edisi berikutnya media ini akan meminta tanggapan pihak Polsek Lawe Sigala-gala dan Polres Aceh Tenggara bahkan kepada Dit Krimum Polda Aceh. (msp)