Supir Angkot Psp-Sipirok Tidak Manusiawi, Turunkan Anak SD Berusia 9 Tahun Ditengah Jalan

Keluarga Sempat Kawatir

ESP (9), sempat hilang lebih 2 jam, setelah diturunkan oleh supir ditengah perjalanan. (AP/Sumutpost.id)

TAPSEL, Sumutpost.id – Masyarakat diminta lebih hati-hati menggunakan jasa angkutan umum (angkot) jurusan Padangsidimpuan (Psp)- Sipirok, terlebih penumpang anak-anak. Pasalnya, angkot berwarna dasar merah hijau dan putih, umumnya menggunakan mesin TS 1,3 itu, diduga mempekerjakan supir tak profesional, dan diduga rasa kemanusiaannya sangat rendah.

Dimana, nasib sial dialami salah seorang anak ESP (9) diturunkan oleh supir angkot yang ditumpanginya dipinggir jalan ditengah perjalanan menuju Sipirok, saat pulang sekolah, Senin (12/8/2023).

“Adek saya sudah berangkat dari Pargarutan (Angkola Timur) pukul 15.00  tetapi sampe jam 17.00 Wib tidak sampai juga. Kami pun mulai gelisah dan langsung mencarinya, kesana kemari,” ungkap Rahman Hadi (24) abang kandung si anak.

Keluarga lainnya A Busro Harahap (43) mengaku heran dan sempat panik mendengar kabar bahwa ESP belum sampai ketujuan di Sipirok.

BACA JUGA..  Disdikbud Karo Tunggu Juknis Program Makan Bergizi Gratis

“Saya sendiri yang menaikkan dia (ESP) dan saya tanya juga supirnya apakah angkotnya sampai ke Sipirok, dan supirnya menjawab iya. Anehnya, dua jam kemudian saya ditelpon dari Sipirok ternyata belum sampai,” terangnya.

Keluarga besarpun sempat heboh mencari tahu keberadaan anak bungsu mereka tersebut. Baik yang ada di Sipirok maupun  di Angkola Timur, sama-sama mencari.

Syukur, nasib baik masih berpihak pada anak yang masih duduk dibangku kelas 4 MI (setingkat SD) di Angkola Timur itu. Sebab, dia ditemukan dan dikenali oleh salah seorang staf di Kantor Bupati Tapsel, yang sedang pulang kantor. Karena ESP masih memakai pakaian lengkap sekolah dan sedang menangis, staf yang baik hati itupun membawanya, dan langsung menelpon nomor keluarganya.

BACA JUGA..  Anak dan Remaja Adu Tari dan Suara di Festival Sanggar Seni Sopo Daganak Besutan PTAR & Persada

Sesampai di rumah, ESP masih trauma dan sedih. Dia terus menangis beruarai airmata dan bercerita. Dimana, saat dia menaiki angkot, penumpang masih ramai.  Bahkan, didalam angkot itu, justru ada ustadzah (guru) nya di MI. Namun, berangsur keadaan angkot jadi sepi setelah penumpang turun.

“Ustadzah turun di Pal XI, di Tolang juga ada yang turun, tinggal saya sendirian. Dison ma ho turun adong do anon angkot i (Disinilah kau turun, masih ada nanti angkot itu), dibilang supirnya samaku,” ungkap ESP yang mengaku tak tau harus bagaimana, dan hanya menangis dipinggir jalan, hingga bertemu kakak yang menolongnya.

BACA JUGA..  Plt Kadis Pendidikan Langkat Dituding Patok Bayaran kepada Guru yang Mau jadi Plh Kepsek

“Menangis aku,” katanya.

Ibu ESP, Ida Siregar (48) mengaku heran dengan ulah para supir angkot sekarang ini. Dan berharap, si supir menyadari perbuatan salahnya menelantarkan penumpangnya dengan menurunkan sesuka hati. Terlebih anak-anak yang belum tentu mengerti.

“Anak saya masih belajar naik angkot, dia belum faham situasi diperjalanan. Supirnya sangat tak manusiawi berbuat seperti itu. Lebih dua jam anak saya tak ada kabar. Kami sekeluarga juga sempat heboh dan gelisah gara-gara ulah supir tak bertanggung jawab itu,” ungkapnya seraya berharap, kejadian ini harus menjadi pelajaran baik bagi orangtua, penumpang dan terlebih pada perusahaan angkutan. Agar para pekerja atau supirnya, lebih bertanggung jawab dan tak menurunkan penumpang ditengah perjalanan.  (msp)