TAPTENG, Sumutpost.id – Walapun diguyur hujan lebat, warga yang datang memadati lapangan bola Batu Ronggang Pasaribu Tobing tetap antusias mengikuti “borhat-borhat” atau pemberangkatan Paslon Masinton Pasaribu-Mahmud Effendi Lubis di Pilkada 2024, Jumat 5 Oktober 2024.
Acara diawali upa-upa oleh raja-raja adat di kediaman orang tua Masinton Pasaribu, di Dusun Sirao, Desa Simargarap, Kecamatan Pasaribu Tobing, kemudian lanjut ke lapangan bola Batu Ronggang, Desa Suka Maju, Kecamatan Pasaribu Tobing.
Di tengah guyuran hujan, paslon Masinton Pasaribu-Mahmud Effendi Lubis atau dikenal MAMA, berjalan menyapa warga yang duduk di bawah puluhan tenda atau teratak.
Masinton Pasaribu pun menyampaikan kebanggaannya melihat tingginya animo dan rasa kekeluargaan masyarakat Pasaribu Tobing.
“Ini bukan tentang Masinton-Mahmud. Tetapi ini tentang masyarakat Tapteng yang ingin perubahan. Kita mulai gerakan perubahan itu dari Pasaribu Tobing,” kata Masinton Pasaribu disambut pekik massa yang hadir.
Politikus PDIP yang dua periode duduk di Senayan itu mengaku, rela menjadi ‘Kambing’ di kampung sendiri meski dia telah menjadi ‘Banteng’ di perantauan.
“Sebagai putra yang lahir di Pasaribu Tobing dan sukses di perantauan, saya terpanggil untuk membangun kampung halaman mewujudkan Tapteng naik kelas,” sebutnya.

Tapteng harus naik kelas, bagaimana petani bisa meningkat ekonominya, jalan-jalan desa yang terisolir dapat terbuka dan diperlebar.
“Supaya saudara-saudara kita yang ada di desa-desa terpencil bisa berlalu lalang dan dapat mengangkut hasil pertaniannya,” katanya.
Kemudian, fasilitas kesehatan masyarakat seperti Puskesmas di Pasaribu Tobing harus ditambah alatnya dan ditambah tenaga medisnya, agar warga yang sakit tak perlu harus ke Rumah Sakit Pandan.
Dikatakan, Masinton-Mahmud akan memimpin semangat perubahan itu dan mereka sudah berkomitmen untuk memimpin dengan sebenar-benarnya dan sesungguh-sungguhnya.
“Menjadi pemimpin yang tanpa korupsi dan tanpa ada pungli di Tapanuli Tengah ini. Karena korupsi itulah yang membuat Tapanuli Tengah terpuruk dan tidak naik kelas,” ucapnya.

Masinton Pasaribu mengaku miris mendapat informasi tentang kepala desa yang saat ini tetap menjadi objek seperti sapi perah, harus menyetorkan uang hingga ratusan juta rupiah ke atasannya di pemerintah kabupaten.
“Ada informasi kami dengar ya, kepala desanya dikumpulin, disuruh setor duit Rp100 juta untuk salah satu tim pasangan calon,” ucap Masinton Pasaribu.
Artinya, kepala desa sudah seperti sapi perah disuruh setor duit. Nanti korbannya adalah masyarakat, karena anggaran tak ada lagi untuk pembangunan desa.
Pada kesempatan itu pula, punguan marga Toga Manalu menyatakan sikap dan dukungan memenangkan Paslon Masinton Pasaribu-Mahmud Effendi Lubis pada Pilkada 27 November yang akan datang.
Ketika hujan mereda, paslon Masinton-Mahmud didaulat untuk bernyanyi dan berjoget bersama warga. Keduanya kemudian ‘disawer’ masyarakat yang memadati lapangan bola hingga acara usai.
Masinton Pasaribu mengaku sangat terharu dengan perhatian warga tersebut. Menurutnya, ini merupakan sebuah penghargaan yang tinggi. (msp)