MEDAN, Sumutpost.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara mencatat ada 31 korban jiwa bencana alam dalam kurun waktu 23-28 November 2024. Data tersebut termasuk dua korban banjir bandang di Kecamatan Sibolangit yang masih hilang hingga saat ini.
Kabid Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik BPBD Sumut Sri Wahyuni Pancasilawati menguraikan korban meninggal berawal pada Sabtu (23/11/2024). Ada 2 korban jiwa banjir bandang di Tapanuli Selatan, 4 korban jiwa tanah longsor di Padang Lawas.
Selanjutnya, di Kabupaten Karo memakan korban sebanyak 10 orang meninggal dunia. Kemudian banjir bandang di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang memakan korban jiwa sebanyak 6 orang (4 orang meninggal, 2 orang belum ditemukan).
“Di Deli Serdang dengan hari yang sama di tanggal 23 November bersamaan dengan Karo, ada di Sibolangit Kabupaten Deli Serdang itu banjir bandang memakan korban jiwa 6 orang, 4 sudah ditemukan dan 2 masih dalam pencarian,” ungkap Wahyuni.
Wahyuni kemudian menguraikan pada Rabu (27/11) di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang memakan 7 korban jiwa akibat peristiwa tanah longsor dan korban meninggal bertambah 2 jiwa pada hari ini, Kamis (28/11).

“Terakhir tanggal 27 itu ada 7 korban sudah ditemukan, dan tadi (28/11) baru 2 orang lagi di temukan, total semua ada 31 korban jiwa,” kata Wahyuni.
Wahyuni mengaku pihaknya cukup kesulitan dengan bencana yang terjadi secara beruntun dalam sepekan terakhir. Terkait hal ini, BPBD Sumut membentuk siaga darurat untuk mengantisipasi bencana.
“Banyak titik yang terjadi hari ini sehingga kita kelabakan untuk mengirim personel untuk melakukan evakuasi. Siap dari sana pindah ke sini, jadi perlu banyak personel dan peralatan. Untuk itu kami buat rapat sehingga dibuatlah siaga darurat untuk mengantipasi terjadi banjir susulan mudah-mudahan tidak terjadi. Tapi kita takut apa yang diprediksi BMKG benar apa adanya,” kata Wahyuni.
Sementara itu, Wahyuni bercerita bahwa pihaknya sudah berusaha melakukan koordinasi untuk melakukan mitigasi bencana terkait prediksi BMKG curah hujan yang tinggi pada November-Desember 2024.
“Bencana yang terjadi di Sumut yang sekarang terjadi itu sebenarnya sudah lama kami informasikan kepada kabupaten/kota untuk mengantisipasinya. Hal ini terkait dengan prediksi dari BMKG dimana bulan November dan Desember itu adalah puncak musim hujan di Bulan Oktober,” kata Wahyuni.
Namun, Wahyuni mengakui bahwa sangat minim perwakilan kabupaten/kota yang hadir untuk mengikuti rapat koordinasi mitigasi terkait curah hujan yang ekstrem.
“Kemudian tanggal 22 Oktober 2024, kami mengundang seluruh kabupaten/kota ke Sumut untuk mitigasi waspada terhadap puncak musim hujan di November-Desember. Itu kita undang seluruh kabupaten/kota namun yang hadir hanya beberapa kabupaten kota. Itu sudah kita peringati, itu undangan pak Sekda di 22 Oktober 2024,” pungkasnya. (msp)